Selamat Datang, selamat menikmati fasilitas kami

Kamis, 31 Mei 2012

OPINI: Benarkah Sekarang Semua Telah Menjadi Terang ?…


-Wa Ode Fitria-

        Dahulu, ketika kita belum ada, saat nenek moyang kita berkuasa, semua yang ada dalam kehidupan masih dalam keadaan yang baik-baik saja. Hari akan gelap ketika  malam menyapa, dan siang akan tetap hadir dengan terangnya. Malam tetap memperlihatkan gelap dengan taburan bintang diikuti senyuman manis rembulan di langit. Dan ketika malam digantikan dengan siang, mentari tak pernah malas bangun pagi untuk melakukan ritualnya seperti biasa, memberikan pancaran cahayanya kepada setiap makhluk yang hidup maupun yang mati. Daun-daun pun masih tetap hijau meski musim kemarau menyapa.
      Kini, banyak yang telah tergantikan posisinya. Mata saya melihat, sekarang semuanya telah menjadi terang seketika. Malam tak lagi datang dengan gelapnya. Bintang-bintang terkadang apsen untuk sekedar mempercantik langitnya. Ditambah pula bulan yang bolos karena semakin irinya terhadap banyaknya bentuk yang menyerupai dirinya. Alhasil, awan putih yang bahkan kini telah berubah menjadi abu-abu yang dipaksa hadir menyaksikan berbagai bentuk perubahan yang dihasilkan oleh tangan-tangan ahli berpendidikan di bumi tercintanya.
     Malam tidak pernah marah, karena harus dimiripkan dengan siang. Tetapi, dia hanya menginginkan perubahan yang terjadi tidak harus mengusir yang lama dan membawa serta menggantikannya dengan yang baru. Sempat dia membisikkan rintihannya pada angin bahwa ‘yang baru tidak selalu mendatangkan yang bagus’. Namun, angin malah menjatuhkan pesannya pada ranting-ranting pohon yang menerjang sebuah mobil mewah. Angin sendiri juga tak tahu harus membawa kemana surat cinta dari sang raja malam itu. Dia pun tak sengaja menjatuhkan pesan itu, pesannyalah yang menginginkan menjatuhkan dirinya di antara pepohonan yang tinggal beberapa batang.
       Ketika nenek moyang kita bermetamorfosis ke alam lain, dia meninggalkan pesan untuk tetap saling menjaga. Akan tetapi, anak dari nenek moyang kita lupa akan pesan singkat itu. Mungkin mengabaikannya. Malah mungkin tak memperdulikannya.
        Semua telah berubah. Atap rumah yang dulu hanya terbuat dari daun kelapa, kini digantikan oleh atap-atap baru yang menyilaukan mata. Sebenarnya tak mengapa, tak disesalkan, bahkan lebih bagus atap baru itu dari daun kelapa. Namun, mengapa atap yang baru itu justru membuat matahari marah karena sinarnya malah kembali menerima pantulan. Seakan-akan dirinya tidak lagi di butuhkan dan mereka mencoba untuk mengembalikan sinarnya. Dia marah bukan karena kepandaian yang dimiliki anak-anak manusia, namun dia marah karena kepandaian mereka justeru hanya merusak kecantikan matahari itu sendiri. Lantas, kita tak boleh mengoceh jika akhirnya mentari kini malas bangun pagi. Mentari malah menelepon mendung untuk menggantikannya hadir dalam setiap jam kerjanya.
        Mungkin mata saya yang salah, telah melihat semua seakan  berubah menjadi terang. Tetapi, saya hampir tidak dapat lagi melihat gelap di malam hari. Memang semua orang memerlukan terang. Tetapi, bukan terang berawan putih yang di harapkannya. Terang dengan nuansa biru langit yang tetap terasa sejuk di hati meski diterpa sengatan matahari di siang hari.
       Kini, perubahan besar-besaran terjadi dari berbagai segi di seluruh belahan bumi. Perubahan yang diciptakan sendiri oleh belaian tangan manusia-manusia itu sendiri. Menyulap kono menjadi  modern. Menghipnotis mata menjadi mimpi. Kebanggaan tetap ada jauh di dalam lubuk hati teruntuk perkembanggan yang melejit sepesat ini. Namun, seharusnya perubahan itu menjadi lebih dari indah dibanding awal mula. Sebenarnya, bukan pula tangan-tangan itu yang salah, telah menciptakan berbagai perubahan. Mereka hanya menginginkan sesuatu yang beda. Sesuatu yang tidak boleh sama yang diciptakan Tuhan dengan yang diciptakan mereka. Hanya saja kesalahan teknis yang terkadang menipu mereka untuk tetap berada dalam kesalahan.
      Banyak orang bangga dengan mereka, namun banyak pula yang hanya lewat mencibir kepandaian mereka. Banyak orang yang mengerti dengan hasil tangan mereka sebagai bentuk eksperimen gila yang mereka lakukan. Namun, banyak pula yang buta terhadapa eksperimen yang dibuatnya itu. Salah. Bukanlah mereka yang buta, tetapi mereka yang disulap untuk menjadi buta. Hingga akhirnya, pertanyaan benarkah sekarang semua telah menjadi terang? sulit malah tak bisa untuk mereka temukan jawabannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar